TUGAS 3
PEMASARAN JASA
SERVQUAL LION AIR
Lion
Air semula menjadi primadona penerbangan karena mampu: “membuat semua orang
terbang” sesuai dengan slogannya. Namun dalam kelanjutannya layanan Lion Air
ternyata banyak menderita kegagalan layanan sehingga banyak menimbulkan
komplain penumpang. Jumlah komplain secara lambat laun terus meningkat sehingga
menginformasikan bahwa layanan Lion Air semakin lama justru mengalami
penurunan. Untuk itu, mengatasi masalah tersebut, maka Lion Air harus melakukan
evaluasi kualitas layanan yang diberikan kepada penumpang untuk bisa tetap mempertahankan kepuasan penumpang.
Ketimpangan tertinggi antara harapan dan persepsi adalah dimensi reliability.
Komitmen akan kualitas pelayanan yang
berorientasi pada pelanggan merupakan prasyarat utama dalam menunjang
keberhasilan bisnis, khususnya pada industry jasa. Pelanggan jasa terlibat
langsung dalam proses produksi jasa itu sendiri. Oleh sebab itu, pelanggan jasa
sangat bergantung dari siapa dan bagaimana jasa tersebut diberikan. Karena
keberhasilan proses produksi jasa tersebut sangat tergantung dari penilaian
pelanggan, maka adalah sangat penting untuk memperhatikan kepuasan pelanggan
terhadap kualitas pelayanan suatu jasa.
Metode SERVQUAL yang dikembangkan oleh
Zeithami, Parasuraman, dan Berry (1990) adalah salah satu metode dalam mengukur
kualitas pelayanan dalam bidang jasa. Metode SERVQUAL ini membagi kualitas
pelayanan kedalam lima dimensi, yakni: tangibles, reliability, assurance,
responsiveness, dan empathy. Kelima dimensi tersebut harus diramu dengan baik.
Apabila tidak, hal tersebut dapat menimbulkan kesenjangan antara perusahaan
dengan pelanggan, karena perbedaan persepsi mereka tentang wujud pelayanan.
Analisis Kesenjangan Kualitas Pelayanan
(Servqual) “Lion Air”
1.
Gap Persepsi Manajemen
Perbedaan
antara penilaian pelayanan menurut pengguna jasa dan persepsi manajemen
mengenai harapan pengguna jasa.
Gap Persepsi
Manajemen pada Lion Air :
Secara keseluruhan
atribut terdapat kesenjangan negatif antara harapan dan persepsi konsumen.
Dengan kata lain, konsumen tidak puas terhadap kualitas layanan jasa Lion Air
untuk rute Yogyakarta-Jakarta. Menunjukkan tingkat harapan konsumen yang
tertinggi terhadap pentingnya ketepatan waktu dan yang terendah terhadap
keserasian penampilan staf Lion Air dalam memberikan pelayanan jasa
penerbangan. Atribut dimensi layanan jasa yang dominan dalam penelitian ini
adalah ketepatan waktu, yang ditunjukkan oleh tingkat harapan sekaligus tingkat
persepsi konsumen yang tertinggi terhadap atribut tersebut.
2.
Gap Spesifikasi Kualitas
Kesenjangan
antara persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa dan spesifikasi
kualitas jasa dan spesifikasi kualitas jasa.
Pada Lion
Air :
Sebagai hasil dari penelusuran di internet, peneliti
memperoleh beberapa artikel yang berisikan kasus-kasus mengenai pelayanan
maskapai Lion Air di beberapa tempat dan waktu.
·
4 Maret 2013, Sistem jaringan Lion Air mengalami
gangguan di Bandara Internasional Juanda sehingga mengakibatkan ratusan
penumpang menunggu antrian di Bandara Internasional Juanda.
·
23 Januari 2013, Anggota Divisi Pengaduan dan Hukum
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Karunia Asih Rahayu menyatakan dari
catatannya, maskapai paling banyak berkasus adalah Lion Air yang rata-rata
adalah masalah gagal terbang atau ditolak check-in di bandara.
·
17 Desember 2012, Dua pesawat Lion Air hampir
bertabrakan karena kerusakan pada radar di Bandara Soekarno-Hatta.
·
25 November 2012, Penumpang Lion Air tujuan
Makassar-Gorontalo yang terlantar di bandara Hasanuddin tidak mendapat
tanggungan makanan dan penginapan meskipun penerbangan mereka dibatalkan.
·
1 November 2012, Dir Shabara Polda Sulut, Kombes Pol H.
Maman Hermawan mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari Pramugari dan Pilot
Lion Air.
·
25 Oktober 2012, Orlando Valiantino ditinggalkan di
ruang tunggu pesawat yang akan ditumpanginya setelah dipanggil tiga kali. Namun
yang bersangkutan mengaku tidak ada panggilan selama dia menunggu.
·
25 September 2012, Layanan konsumen yang dihubungi oleh
Ferdi untuk melakukan perubahan data tidak dapat tersambung dan hanya dijawab
oleh sistem.
·
7 September 2012, Alarm yang menyala karena kerusakan
teknis mengakibatkan pesawat Lion Air tujuan Aceh-Medan dua kali gagal
take-off.
·
4 September 2012, Lion Air digugat Rp 10 miliar oleh
pengusaha di bidang otomotif, De Neve Mizan Allan karena dianggap telah
melakukan refund tiket pesawat miliknya tanpa persetujuannya.
·
26 Agustus 2012, Antrian yang sangat panjang di loket
check-in Lion Air di bandara Soekarno-Hatta mengakibatkan Pipit F. Hayati
menngalami keterlambatan check-in hingga tiketnya hangus.
·
9 Juli 2012, Seorang penumpang tujuan Jakarta-Pontianak
mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari petugas check-in dan manager Lion
Air yang bertugas di bandara Soekarno-Hatta.
·
8 Juli 2012, Delay oleh pesawat Lion Air pada
penerbangan Lombok-Surabaya mengakibatkan jadwal penerbangan penumpang yang
memiliki connecting
flight menjadi berantakan.
·
8 Juli 2012, Winny yang merupakan penumpang penerbangan
Surabaya-Palembang dengan nomor penerbangan JT573 mengajukan komplain kepada
Lion Air terkait prosedur keterlambatan pesawat yang tidak baik namun tidak
mendapatkan respon yang diharapkan.
·
24 Juni 2012, Seorang penumpang mendapat perlakuan tidak
adil dalam perjalanan dari Kupang ke Surabaya terkait anggota keluarganya yang
terkena penyakit.
·
30 Mei 2012, Penumpang Lion Air tujuan Jakarta-Manado
bernama Happy Wulandari kehilangan bagasi setelah mendarat di Manado namun
hingga beberapa bulan kemudian, Happy tidak menerima kabar mengenai bagasinya.
Informasi yang diberikan oleh Lion Air Manado adalah bahwa masalah tersebut
sudah melimpahkannya ke Lion Air Jakarta.
·
21 Mei 2012, Penumpang mengamuk di bandara Polonia,
Medan karena pesawat yang akan ditumpanginya telah berangkat tanpa ada
pemberitahuan padahal mereka menunggu di ruang tunggu.
·
11 April 2012, Pesawat Lion Air JT613 dengan tujuan Pangkal
Pinang-Jakarta memindahkan bagasi ke penerbangan berikutnya tanpa memberikan
informasi kepada penumpangnya sehingga mereka harus menunggu penerbangan
berikutnya untuk mendapatkan bagasi mereka.
·
21 Maret 2012, Penumpang Lion Air tujuan Padang, Sumatera
Barat menunggu di atas 7 jam
sebelum diberangkatkan karena kerusakan teknis ketika persiapan take-off.
·
19 Maret 2012, Belasan penumpang melayangkan somasi
kepada Lion Air karena ditinggal berangkat oleh pesawat yang akan ditumpanginya
tanpa ada pemberitahuan lebih dulu.
·
17 Maret 2012, Penumpang bernama Surachman yang
seharusnya berangkat dengan tujuan Jakarta-Kuala Lumpur pada waktu yang
ditetapkan, diperlambat oleh penanganan kelengkapan data karena merupakan
penerbangan internasional sehingga membuatnya kehangusan tiket.
·
21 Februari 2012, Dua orang penumpang yang memiliki
tiket pesawat Lion Air tidak jadi berangkat karena terlambat 10 menit dan kursi
mereka dinyatakan tidak terjual (kosong) tapi ternyata teman mereka yang sudah
lebih dahulu di dalam pesawat mendapati kursi untuk dua orang tersebut sudah
terisi penumpang.
·
9 Februari 2012, Kasus kehilangan bagasi milik Fitria
Annisa Putri pada penerbangan Yogyakarta-Banda Aceh tidak ditangani sampai
tuntas dan kasus tersebut dibiarkan.
·
24 Desember 2011, Eko halim mengalami kehilangan bagasi
yang berisi kameranya ketika melakukan penerbangan dari Batam ke Manado.
·
22 Desember 2011, Seorang penumpang kecewa setelah
mendapati kursi yang dipesannya secara online di situs resmi Lion Air untuk
pesawat dengan tujuan Solo-Jakarta telah terisi oleh penumpang, dan setelah
diberitahukan ke pramugari, tidak ada tindakan lebih lanjut.
·
8 Desember 2011, Lion Air pernah digugat karena
memperlakukan penumpang secara diskriminatif.
·
23 November 2011, Penumpang Lion Air JT504 tujuan
Jakarta-Semarang bernama Riyanto tidak mendapat kejelasan prosedur
keterlambatan pesawat yang mana dia diharuskan membeli tiket baru atau refund
10% sedangkan salah seorang penumpang lainnya yang juga terlambat, dibiarkan
tidak membeli tiket ataupun refund.
·
30 Oktober 2011, Dwi Setiahardi yang melakukan
penerbangan dengan Lion Air dengan nomor penerbangan JT555 mengalami kehilangan
bagasi. Penanganan yang dilakukan oleh Lion Air adalah dengan meminta waktu 14
hari namun hingga batas waktu, Lion Air tidak menemukan bagasi tersebut dan
menawarkan penggantian kerugian sebesar Rp. 20.000/kg namun Dwi tidak menerimanya
karena pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya dalam mengurus kehilangan bagasinya
tidak sebanding dengan penawaran tersebut.
·
4 Oktober 2011, Penumpang pada penerbangan
Surabaya-Balikpapan dengan nomor penerbangan JT262 mengalami kehilangan bagasi.
Dari informasi yang diberikan pihak Lion
Air, bagasi tersebut terbawa ke Tarakan dan akan dipulangkan ketika ditemukan.
Namun kasus ini tidak terselesaikan akibat nomor layanan konsumen yang tidak
bisa dihubungi.
·
1 Oktober 2011, Priska Pramestiwi pada penerbangan JT 22
tujuan Jakarta-Denpasar-Jakarta beserta kedua anaknya tidak mendapatkan kursi
meskipun telah memesan. Pihak Lion Air memberikan alasan bahwa kursi-kursi
tersebut dihanguskan karena memuat 5 orang crew tambahan.
·
19 April 2011, Ferdinand P. M. kehilangan bagasi pada
penerbangan Medan-Manado berupa kereta bayi dan tidak ditangani hingga tuntas
oleh pihak Lion Air. Ferdinand juga tidak mendapatkan pelayanan yang memuaskan
ketika menghubungi layanan konsumen Lion Air.
3.
Gap Penyampaian Pelayanan
Kesenjangan
antara spesifikasi kualitas jasa dan penyerahan jasa (service delivery).
Pada Lion
Air :
Masalah yang
sering timbul dalam penyampaian pelayanan kepada customer, beberapa pelanggan
sering complain atas keterlambatan yang berdampak pada pelanggan, seperti
penyediaan fasilitas untuk istirahat dan fasilitas konsumsi yang disediakan
Lion Air akibat keterlambatan (http:www.pntunet.com) akses tanggal 1
Maret 2013 jam 20.00 Wib.
4.
Gap Komunikasi Pemasaran
Kesenjangan
antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.
Pada Lion
Air :
Masalah
yang terdapat pada jasa ini, diantaranya
penyampaian jasa yang kurang memuaskan konsumen (sehingga terjadi berbagai
keluhan), padahal secara umum maskapai penerbangan harus selalu memberikan
pelayanan yang memuaskan kepada customer, seperti pada maskapai penerbangan
pada umumnya. Sedangkan komunikasi eksternal pada maskapai penerbangan ini
cukup memadai, akan tetapi perlu diperbaiki dalam hal pelayanan tiket online,
jangan sampai ada complain dari para customer seperti padakasus sebelumnya.
(kurang terkoordinirnya tim manajemen di dalamnya).
Demikian
analisis saya pada suatu perusahaan jasa penerbangan “Lion Air”, berdasarkan
analisis kesenjangan kualitas pelayanan (Servqual).
DEAR MAHASISWA
INI BAHAN DISKUSI UNTUK LEBIH MEMAHAMI MATERI INISIASI 8
SELAMAT MENGERJAKAN
DIKUSI INISISIASI 8
Jelaskan:
1.Jelaskan sejauh mana pentingnya karyawan/SDM dalam mendukung keberhasilan perusahaan jasa dalam menciptakan keunggulan bersaing.
2.Jelaskan
program-progam yang dapat dikembangkan pihak manajemen untuk
meningaktkan kinerja karyawan/SDM dalam memberikan pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan tinggi kepada konsumen (delighting customers).
Jawaban saya :
1. Sejauh mana pentingnya karyawan / SDM dalam mendukung keberhasilan perusahaan jasa dalam menciptaan keunggulan bersaing
Sejauh masih berlangsungnya segala aktivitas usaha jasa. Segala aktivitas SDM /
karyawan selama beraktivitas di dalam perusahan jasa, karena segala
aktivitasnya berpengaruh terhadap kegiatan mereka, yang mempengaruhi
kualitas layanan jasa yang diberikan.
SDM/ karyawan sebagai keunggulan bersaing
Banyak ahli telah menekankan peran strategik yang mengikat para
karyawan bermain dalam membantu perusahaan mereka mencapai keunggulan
bersaing. Sebagai contoh, ahli perencanaan strategik C.K. Prahalad dan
Gay Hamel mengatakan bahwa keunggulan bersaing justru tidak terletak
dalam diferensiasi sebuah produk atau jasa atau menjadi pimpinan dengan
biaya rendah melainkan juga dalam menjadi mampu untuk menyalurkan
ketrampilan khusus perusahaan atau
Kompetensi Inti ( core competency ) dan
cepat menanggapi kebutuhan pelanggan dan gerakan - gerakan pesaing.
Dengan kata lain, keuntungan bersaing terletak "............dalam
kemampuan manajemen untuk mengkonsolidasi teknologi lingkup korporasi
dan keterampilan produksi kedalam kompetensi yang memberi kuasa kepada
bisnis individual untuk cepat beradaptasi dengan peluang - peluang yang
berubah ". Seperti dikemukakan seorang ahli :
"Dalam sejumlah organisasi yang bertumbuh sumber daya manusia
sekarang dilihat dilihat sebagai suatu sumber dari keunggulan bersaing.
Ada pengakuan yang besar bahwa kompetensi yang khas diperoleh melalui
keterampilan karyawan yang benar - benar dikembangkan , kultur
organisasi yang khas, proses manajemen, dan sistem. Ini kontras dengan
tekanan tradisional pada sumber daya manusia yang dapat ditransfer
seperti peralatan ...... Semakin lama, semakin dikenal bahwa keunggulan
bersaing dapat diperoleh dengan angkatan kerja bermutu tinggi yang
memampukan organisasi untuk bersaing berdasarkan ketanggapan pasar, mutu
jasa dan produk jasa yang terdeferensiasi, dan inovasi teknologis.
Pentingnya karyawan/ SDM dalam mendukung keberhasilan perusahaan jasa dalam menciptakan keaunggulan bersaing , permisalan :
Jika suatu perusahaan jasa pengiriman paket memiliki SDM/ karyawan
yang bagus. Maka, pasti tingkat keluhan/ komplian konsumen tidak begitu
tinggi. Karena, telah memberikan pelayanan terbaiknya. Sehingga
perusahaan selalu bisa mempertahankan target yang diinginkan/
diharapkan, mengenai pelayanan prima yang diberikan. Lain halnya dengan
perusahaan jasa yang kurang memperhatikan akan kualitas SDM/
karyawannya.
Pentingnya SDM/ karyawan disini karena segala aktivitas merea dalam
perusahaan jasa berpengaruh secara langsung / tidak langsung terhadap
aktivitas perusahaan jasa tertentu, yang berdampak pada kualitas jasa
yang diberikan kepad customer .
2. Program -program yang dapat dikembangkan pihak manajemen
untuk meningkatkan kinerja karyawan / SDM dalam memberikan pelayanan
yang dapat memberikan kepuasan tinggi kepada konsumen (delighting
customer)
- Pemberian training yang bertujuan semakin menambah
kemampuan,kecakapan dan keahlian SDM/ karyawan, yang diharapkan
berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya dimasa datang ( sesuai
posisi masing - masing karyawan ).
- Memotivasi karyawan dalam bekerja, dengan memberikan reward.